Maret 03, 2013

Mbah Jingkrak

Ibu Ajeng Astri Denaya
Nama Ajeng Astri Denaya mungkin belum terlalu akrab didengar telinga kita. Tetapi bila menyebut Bentuman atau Mbah Jingkrak, pasti banyak yang sudah mengenalnya. Ya, Ajeng lah pemilik rumah makan yang banyak membuat orang “jingkrak-jingkrak” kepedasan setelah menyantap aneka hidangannya. Ajeng pun kini tampil sebagai pengampu Kulik Kuliner di BTV Semarang, dengan sapaan Jeng Jingkrak. 

Ibu Ajeng lebih suka memasak yang sifatnya eksperimental. Misalnya menciptakan resep masakan Randha Klewung. Salah satu bahan bakunya dari kulit singkong. Masakan itu Ibu Ajeng makan. "Saya tunggu beberapa lama, kalau ternyata tak ada reaksi apa-apa di tubuh saya, ya sudah langsung saya masak untuk rumah makan saya." Jelas Ibu Ajeng.

Di Semarang Mbah Jingkrak ada di Bentuman yang menjual stik, dan Mbah Jingkrak yang menjual masakan tradisional atau makanan rumahan. Nah, Mbah Jingkrak yang ada di luar Semarang itu waralaba Mbah Jingkrak milik Ibu Ajeng. Jumlahnya semua ada 10. Di Semarang ada dua, lainnya di Jakarta, Bandung, Surabaya. "Sistemnya, saya langsung tempatkan chef -nya di masing-masing waralaba itu. Mbah Jingkrak saya waralabakan karena saat itu eranya masakan tradisional sedang diangkat" Jelas Ibu Ajeng.

Ibu Ajeng menyadari keinginan untuk memasaknya setelah berumahtangga sekitar tahun ’80-an. "Tapi sejak kecil, Ibu sudah mengajari masak. Jarang kami makan di restoran. Nah, kalau Ibu masak, saya pasti diminta bantu. Sebenarnya jengkel juga. Teman lain bisa main, saya harus mengupas bawang merah sampai mata berair. Tapi setelah saya berumah tangga dan ingin punya karya sendiri, inilah hasilnya. Punya rumah makan. Teman-teman yang dulu suka main, justru tak bisa masak. Selain belajar mengenal bumbu dari Ibu, saya juga sering buka-buka majalah wanita yang ada tips memasaknya. Saya juga sering mencoba resep-resepnya." Cerita Ibu ajeng

Sebelum menjalannkan usaha rumah makannya ibu Ajeng kerja di pabrik Pertiwi Garmen Klepu, bagian purchasing . Tiap Sabtu Ibu Ajeng yang lebih senang dipanggil "Jeng Jingkrak" ini memasak lalu mengumpulkan teman-teman kantor dan menjamu mereka dengan hasil masakannya. Nah, teman-teman lah yang menganjurkannya untuk membuka warung makan. Akhirnya, tahun 1997 dibuka warung stik khusus buat anak muda, Bentuman.

Di tahun itu stik kesannya masih jadi makanan mahal. Orang yang bisa masuk ke restoran ini cuma yang berduit. "Tapi saya buat makanan ini jadi memasyarakat. Bidikan saya, anak sekolah dan masyarakat luas. Kalau restoran lain potongan dagingnya 200 gram, saya cuma 100 gram. Pakai daging lokal has dalam. Sausnya juga saya buat dengan rasa lokal agar tak terlalu rasa bule, jadi bisa diterima di lidah orang kita." Jelas Ibu Ajeng

Berikut cerita dibalik dari nama "Mbah Jingkrak" itu sendiri, "
Ha ha ha... iya. Waktu itu saya sedang mencari jodoh. Saya lalu berwisata kuliner di Gunungkidul bersama suami yang sekarang ini. Di Gunungkidul, kan, ada yang namanya Mbah Jirak, jualan nasi merah dan sayur tempe lombok ijo. Suami lupa menyebut nama Mbah Jirak, malah jadi Mbah Jingkrak.
Di telinga saya nama itu terdengar lucu. Sepanjang jalan pulang ke Semarang saya tak konsentrasi lagi diajak bicara. Penginnya cepat sampai rumah. Sampai jam 2 pagi saya tak bisa tidur dan langsung bikin sketsa Mbah Jingkrak, sampai dapat yang sreg, seperti sekarang ini."

Untuk kalian yang penasaran dengan rasa masakan dari Mbah Jingkrak, bisa didapati di:
Semarang : Jl Taman Beringin No 3
                     Telepon 024-3553366, satu arean dengan Bentuman Steak
                     Jl Kyai Saleh No 10 A
                     Telepon 024 8310440.
 Jakarta :    Jl. Setiabudi tengah No. 11
                    Setiabudi - Jakarta 12910
                    Mobile. +62 21 818 072 09 848
                    Telp. 021-525 2605,
                    Fax. 021-5290 6544
Bandung :  Jalan Aceh No 64A, Bandung
                   Telepon : 022 426 16 76

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tinggalkan pesan, saran, kritik yah..
makasih..
Gbu