Ibu Ajeng Astri Denaya |
Nama Ajeng Astri Denaya mungkin belum terlalu akrab didengar telinga kita. Tetapi bila menyebut Bentuman atau Mbah
Jingkrak, pasti banyak yang sudah mengenalnya. Ya, Ajeng lah pemilik
rumah makan yang banyak membuat orang “jingkrak-jingkrak” kepedasan
setelah menyantap aneka hidangannya. Ajeng pun kini tampil sebagai
pengampu Kulik Kuliner di BTV Semarang, dengan sapaan Jeng Jingkrak.
Ibu Ajeng lebih suka memasak yang sifatnya eksperimental. Misalnya
menciptakan resep masakan Randha Klewung. Salah satu bahan bakunya dari
kulit singkong. Masakan itu Ibu Ajeng makan. "Saya tunggu beberapa lama, kalau
ternyata tak ada reaksi apa-apa di tubuh saya, ya sudah langsung saya
masak untuk rumah makan saya." Jelas Ibu Ajeng.
Di Semarang Mbah Jingkrak ada di Bentuman yang menjual stik, dan Mbah Jingkrak yang menjual masakan
tradisional atau makanan rumahan. Nah, Mbah Jingkrak yang ada di luar
Semarang itu waralaba Mbah Jingkrak milik Ibu Ajeng. Jumlahnya semua ada 10.
Di Semarang ada dua, lainnya di Jakarta, Bandung, Surabaya. "Sistemnya,
saya langsung tempatkan chef
-nya di masing-masing waralaba itu. Mbah Jingkrak saya waralabakan karena saat itu eranya masakan tradisional sedang diangkat" Jelas Ibu Ajeng.
Ibu Ajeng menyadari keinginan untuk memasaknya setelah berumahtangga sekitar tahun ’80-an. "Tapi sejak
kecil, Ibu sudah mengajari masak. Jarang kami makan di restoran. Nah,
kalau Ibu masak, saya pasti diminta bantu. Sebenarnya jengkel juga.
Teman lain bisa main, saya harus mengupas bawang merah sampai mata
berair. Tapi setelah saya berumah tangga dan ingin punya karya sendiri,
inilah hasilnya. Punya rumah makan. Teman-teman yang dulu suka main,
justru tak bisa masak. Selain belajar mengenal bumbu dari Ibu, saya juga
sering buka-buka majalah wanita yang ada tips memasaknya. Saya juga
sering mencoba resep-resepnya." Cerita Ibu ajeng
Sebelum menjalannkan usaha rumah makannya ibu Ajeng kerja di pabrik Pertiwi Garmen Klepu, bagian purchasing
. Tiap Sabtu Ibu Ajeng yang lebih senang dipanggil "Jeng Jingkrak" ini memasak lalu mengumpulkan teman-teman kantor dan
menjamu mereka dengan hasil masakannya. Nah, teman-teman lah yang
menganjurkannya untuk membuka warung makan. Akhirnya, tahun 1997 dibuka
warung stik khusus buat anak muda, Bentuman.
Di tahun itu stik kesannya masih jadi makanan mahal. Orang yang bisa
masuk ke restoran ini cuma yang berduit. "Tapi saya buat makanan ini jadi
memasyarakat. Bidikan saya, anak sekolah dan masyarakat luas. Kalau
restoran lain potongan dagingnya 200 gram, saya cuma 100 gram. Pakai
daging lokal has dalam. Sausnya juga saya buat dengan rasa lokal agar
tak terlalu rasa bule, jadi bisa diterima di lidah orang kita." Jelas Ibu Ajeng
Berikut cerita dibalik dari nama "Mbah Jingkrak" itu sendiri, "
Ha ha ha... iya. Waktu itu saya sedang mencari jodoh. Saya lalu
berwisata kuliner di Gunungkidul bersama suami yang sekarang ini. Di
Gunungkidul, kan, ada yang namanya Mbah Jirak, jualan nasi merah dan
sayur tempe lombok ijo. Suami lupa menyebut nama Mbah Jirak, malah jadi
Mbah Jingkrak.
Di telinga saya nama itu terdengar lucu. Sepanjang jalan pulang ke
Semarang saya tak konsentrasi lagi diajak bicara. Penginnya cepat sampai
rumah. Sampai jam 2 pagi saya tak bisa tidur dan langsung bikin sketsa
Mbah Jingkrak, sampai dapat yang sreg, seperti sekarang ini."
Untuk kalian yang penasaran dengan rasa masakan dari Mbah Jingkrak, bisa didapati di:
Semarang : Jl Taman Beringin No 3
Telepon 024-3553366, satu arean dengan Bentuman Steak
Jl Kyai Saleh No 10 A
Telepon 024 8310440.
Telepon 024 8310440.
Jakarta : Jl. Setiabudi tengah No. 11
Setiabudi - Jakarta 12910
Mobile. +62 21 818 072 09 848
Telp. 021-525 2605,
Fax. 021-5290 6544
Setiabudi - Jakarta 12910
Mobile. +62 21 818 072 09 848
Telp. 021-525 2605,
Fax. 021-5290 6544
Bandung : Jalan Aceh No 64A, Bandung
Telepon : 022 426 16 76
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tinggalkan pesan, saran, kritik yah..
makasih..
Gbu